Minggu, 31 Agustus 2014

Skenario Tuhan

Bulan Agustus ini, tuhan banyak menunjukkan skenarionya yang begitu indah, mengagumkan, dan tak terbayangkan...
Awal Agustus 2014 ini, dalam waktu 1 minggu ( 3-8 Agustus) ada yang menawari pekerjaan, 3 sekaligus.... 2 tempat memang dari tempat kerja dahulu, mungkin mereka menawari kerja lagi karena kinerja yaah :D Nah, yang paling unik dari penawar kerjaan terakhir, untuk bagian QC soalnya belum pernah mengerti.
dan penawaran yang terakhir itu, aku coba untuk apply, tanggal 8 Agustus dalam waktu 1 hari, ( 9 Agustus) langsung dipanggil utk interview hari senin nya.. (11 Agustus). lalu waktu interview tiba, dan akhirnya diterima walaupun memang ga sama kayak latar pendidikan akuntasi aku, bukan di bagian QC tapi HRD jauh banget kan...

hari berlalu, yaah menikmati pekerjaan yang baru, belajar lagi program baru, ilmu yang baru, kira-kira 4 hari (12-16 Agustus) lalu manager pelaksana memberikan kabar bahwa aku akan dipindahkan sementara dari tempat dinas yg sekarang, utk posisi accounting, (alhamdulillah :D amazing right? ) mulai 18 Agustus

yaah, adaptasi lagi ditempat baru, alhamdulilah orangnya baik-baik semua :D walaupun ownernya berbeda dengan orang-orang kebanyakan (if you now what i mean... hehehe :D ) lancar, lancar, butuh penyesuaian yaah pasti bisa, tapi pas tgl 30 Agustus, owner nya telp salah satu karyawan and memecatnya, karena udah ada aku dsna, thats so painfull right? akhirnya aku fix disana utk menggantikan orang itu

yaah, mau bagaimana lagi, itu sudah skenario tuhan bukan ? yaah mungkin tuhan punya maksud lain agar kita bisa lebih banyak belajar dari pengalaman yang ada... Aamiin... O:)


Senin, 30 Juni 2014

Bosen...!!!

Ramadhan kali ini, aku dirumah...
nemenin mama, dan adikku Ari...
sekarang udah ga kerja, hanya kuliah..... beneran deh, bosen... !!!
biasanya jam 5 pagi udah on sampe jam 11 malem, nah sekarang cuma malem aja kuliah, bosen...!!!
aneh banget, apalagi kalo liat jam langsung inget, rasanya waktu banyak yang terbuang sia-sia :( bosen...!!!


Minggu, 22 Juni 2014

Makalah Perilaku Konsumen



MAKALAH PERILAKU KONSUMEN
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi tugas Manajemen Pemasaran
Oleh 
               Nama             : Dini Damayanti
               NIM                 : 121122042             
               Fakultas         : Ekonomi
               Jurusan         : Akuntansi

UNIVERSITAS PRAMITA INDONESIA
TANGERANG - BANTEN
2014



KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Perilaku Konsumen sebagai tugas Manajemen Pemasaran. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai perilaku konsumen, khususnya membahas pengertian dan faktor – faktor yang mempenaruhinya.
Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, baik berupa kata – kata penyemangat, pemberian informasi, dan doa. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis  menyadari masih banyak  kekurangan dalam penulisan makalah ini, karena Penulis masih dalam proses pembelajaran. Untuk itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan tugas selanjutnya. Semoga penyajian makalah perilaku konsumen ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Juni   2014

Penulis








BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
            Saat ini, konsumen begitu dimanjakan dengan berbagai produk yang dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan. Bahkan bisa  memenuhi keinginan pelanggan, berkat persaingan antar produsen. Hal ini membuat era produsen mengendalikan konsumen telah berlalu dan telah digantikan dengan era dimana konsumen memegang kendali. Konsumen yang mendikte produk apa yang seharusnya diproduksi oleh perusahaan. Sehingga perusahaan harus kreatif dan inovatif. Perusahaan  harus berfokus pada konsumen. Konsumen merupakan target terpenting dari perusahaan. Karena jika perusahaan mampu menjual atau memberikan jasa yang banyak kepada konsumen, maka laba yang didapat akan besar. Oleh karena itu perusahaan perlu mengerti bagaimana konsumennya berperilaku.
Kebanyakan remaja saat ini lebih menyukai fast food sementara orang tuanya lebih menyukai makanan tradisional. Lalu ketika kaum remaja ingin berbelanja, mereka pergi mall sementara ibu-ibu lebih senang belanja di pasar tradisional. Saat di toko buku, anak-anak biasanya meminta dibelikan komik, sementara orang tuanya lebih memilih membeli buku tentang pengetahuan.  Apa yang melatarbelakangi keadaan itu?. Penjelasan terhadap pernyataan-pernyataan itu membutuhkan analisis tentang perilaku konsumen.

1.2 POKOK MASALAH
  • Siapa yang dimaksud dengan konsumen ?
  • Apa yang dimaksud dengan perilaku konsumen ?
  • Apa yang mempengaruhi perilaku konsumen ?
  • Bagaimana konsumen mengambil keputusan pembelian ?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT
            Setelah membaca makalah ini, pembaca di harapkan mampu memahami tentang :
ü  Pengertian konsumen
ü  Pengertian perilaku konsumen
ü  Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
ü  Mengetahui faktor – faktor psikologis yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian
ü  Mengetahui cara – cara konsumen mengambil keputusan dalam pembelian
ü  Pentingnya mempelajari perilaku kosumen



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KONSUMEN
            Konsumen berasal dari bahasa asing (Belanda/Inggris), consumen dan consumer yang arti harafiahnya adalah pembeli. Pengertian lain dari konsumen sangat luas, beragam dan sangat terkait erat dengan tujuan seseorang membeli suatu produk misalnya sebagai pengguna, yang diterjemahkan dari kata users dari kata Bahasa Inggris. Pengertian lain dari konsumen adalah pemakai, penikmat, pemanfaat, pemakan, peminum, penerima, pendengar, pemirsa, dan masih banyak lagi.[1]
            Konsumen pada dasarnya dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni kategori pertama adalah konsumen individu, atau konsumen perseorangan, atau konsumen perorangan. Kategori konsumen yang kedua adalah konsumen instisusi, atau konsumen organisasi, atau konsumen kelompok. Konsumen individu dan konsumen institusi memiliki kesamaan, yakni sebagai pembeli, pemakai, pengguna, penggemar, pengagum, penikmat dan menghabiskan dan atau memanfaatkan apa yang telah dibeli.[2]
            Dengan demikian maka perbedaannya adalah dalam hal berlangsungnya proses keputusan membeli. Mengingat pembeli institusi biasanya terdiri lebih dari satu orang, maka dalam pertimbangannya untuk membeli dan atau tidak membeli memerlukan waktu dan proses yang lebih panjang. Proses yang panjang tersebut diakibatkan oleh adanya waktu yang dibutuhkan untuk menyamakan persepsi, pengalaman, kepribadian, dan sebagainya.[3]


2.2 PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN
            Beberapa pakar di bidang manajemen memberikan batasan yang sangat lengkap tentang perilaku konsumen. Meskipun batasan – batasan tersebut sedikit banyak berbeda satu sama lain namun pada dasarnya substansinya sama.[4]
            Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan ke inginan mereka.[5]
            Schiffman dan Kanuk (1994), dalam bukunya yang berjudul Consumer Behavior, menyatakan batasan perilaku konsumen adalah “The term consumer behavior refers to the behavior that consumer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products and services that they expect will satisfy their needs”.
            Artinya : “Istilah perilaku konsumen merujuk kepada perilaku yang diperlihatkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk barang dan produk jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.[6]
            Perilaku konsumen sebenarnya merupakan tahapan – tahapan langkah yang ditempuh dan dilakukan oleh seseorang/individual atau kelompok orang dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya.[7]

2.3 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN
            Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang berasal dari diri konsumen disebut faktor internal. Faktor yang berasal dari luar diri konsumen disebut faktor eksternal.[8]
  1. Faktor Internal
  • Usia dan Tahap siklus Hidup
Selera kita dalam makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering berhubungan dengan usia kita. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga dan jumlah, usia, serta jenis kelamin orang dalam rumah tangga pada satu waktu tertentu.[9]
Orang dewasa mengalami “perjalanan” atau “transformasi” tertentu dalam hidupnya. Tetapi perilaku yang diperlihatkan seseorang ketika melalui perjalanan ini, misalnya menjadi orang tua, tidak selalu tetap dan berubah sepanjang waktu.
  • Pekerjaan dan Keadaan Ekonomi
Pekerjaan juga mempengaruhi pola konsumsi. Pekerja kerah biru akan membeli baju kerja, sepatu kerja, dan kotak makan. Presiden perusahaan akan membeli jas, perjalanan udara, dan keanggotaan country club.
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi: penghasilan yang dapat dibelanjakan (tingkat, stabilitas, dan pola waktu), tabungan dan aset (termasuk persentase aset likuid), utang, kekuatan pinjaman, dan sikap terhadap pengeluaran dan tabungan.[10]
Jika konsumen memiliki pendapatan tinggi, maka ia memiliki tingkat konsumsi tinggi sebab mereka mempunyai daya beli yang kuat. Pendapatan dapat digunakan untuk mencukupi sebagian besar dari kebutuhan hidupnya. Sebaliknya jika konsumen pendapatannya rendah, maka tingkat konsumsinya cenderung rendah.[11]
  • Kepribadian dan Konsep diri
Setiap orang mempunyai karakteristik pribadi yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Yang dimaksud dengan kepribadian (personality) adalah sekumpulan sifat psikologis manusia yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan tahan lama terhadap rangsangan lingkungan (termasuk perilaku pembelian).
Konsumen sering memilih dan menggunakan merek yang mempunyai kepribadian merek yang konsisten dengan konsep diri mereka sendiri (cara kita memandang diri sendiri), meskipun penyesuaian itu mungkin bedasarkan konsep diri ideal konsumen atau bahkan berdasarkan konsep diri orang lain.[12]
  • Gaya Hidup dan Nilai
Gaya hidup (lifestyle) adalah pola hidup seseorang di dunia yang tercemin dalam kegiatan, minat, dan pendapat. Gaya hidup memotret interaksi “seseorang secara utuh” dengan lingkungannya.[13]
Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh nilai inti (core values), sitem kepercayaan yang mendasari sikap dan perilaku. Nilai inti lebih dalam daripada perilaku atau sikap dan menetukan pilihan dan keinginan seseorang pada tingkat dasar dalam jangka panjang.[14]
  • Faktor Psikologis
Ketika konsumen melakukan  melakukan keputusan untuk membeli, berarti ia memiliki motivasi tersendiri. Masing - masing konsumen memiliki motivasi yang berbeda dalam melakukan pembelian.[15] Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara kedatangan rangsangan dari pemasar dari luar dan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis kunci yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori mempengaruhi respons konsumen secara fundamental.[16]
1.    Motivasi
Kita semua mempunyai banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik; kebutuhan itu timbul dari keadaan tekanan psikologis seperti rasa lapar, rasa haus, atau rasa tidak nyaman. Kebutuhan lain bersifat psikogenik; kebutuhan yang timbul dari keadaan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau rasa memiliki.
Kebutuhan menjadi motif (motive) ketika kebutuhan itu meningkat sampai tingkat intensitas yang cukup sehingga mendorong kita bertindak. Tiga teori terkenal tentang motivasi manusia : teori Sigmurd Freud, Abraham Maslow, dan Frederick Herzberg membawa implikasi yang cukup berbeda bagi analisis konsumen dan strategi pemasaran.[17]
2.    Persepsi
Persepsi (perception) adalah proses di mana kita memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti. Poin utamanya adalah bahwa persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada hubungan rangsangan terhadap bidang yang mengelilinginya dan kondisi dalam setiap diri kita.
Dalam pemasaran, persepsi lebih penting daripada realitas, karena persepsi yang mempengaruhi perilaku aktual konsumen. Orang bisa mempunyai persepsi berbeda tentang obyek yang sama karena tiga proses pemahaman: atensi selektif, distorsi selektif, dan rentensi selektif.[18]
3.    Pembelajaran
Ketika kita bertindak, kita belajar. Pembelajaran (learning) mendorong perubahan dalam perilaku kita yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia dipelajari, meskipun sebagian besar pembelajaran itu tidak disengaja.
 Ahli teori pembelajaran percaya bahwa pembelajaran dihasilkan melalui interaksi dorongan, rangsangan, pertanda, respons, dan penguatan. Dua pendekatan populer terhadap pembelajaran adalah pengkondisian klasik dan pengkondisian operant (instrumental).[19]
4.    Memori
Semua informasi dan pengalaman yang kita hadapi ketika kita menjalani hidup dapat berakhir di memori jangka panjang kita. Ahli psikologi kognitif membedakan antara memori jangka pendek (short term momory-STM) penyimpanan informasi temporer dan terbatas, dan memori jangka panjang (long term memory-LTM) penyimpanan yang lebih permanen dan pada dasarnya tak terbatas.[20]
Memori adalah proses yang sangat konstruktif, karena kita tidak dapat mengingat informasi dan kejadian secara lengkap dan akurat. Sering kita mengingat beberapa keping dan potongan dan mengisi sisanya berdasarkan hal lain yang kita ketahui.
Pemograman memori menggambarkan bagaimana dan dimana informasi masuk ke dalam memori. Secara umum, semakin banyak perhatian kita berikan pada arti informasi sepanjang pemograman, semakin kuat asosiasi dalam memori yang dihasilkan.[21]
  1. Faktor Eksternal
  • Budaya
Pola konsumsi yang dilakukan masyarakat juga dipengaruhi oleh budaya di lingkungannya.[22] Budaya (culture) adalah determinan dasar keinginan dan perilaku seseorang. Setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya (subculture) yang lebih kecil yang memberikan identefikasi dan sosialiasi yang lebih spesifik untuk anggota mereka. Subbudaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. Ketika subbudaya tumbuh besar dan cukup kaya, perusahaan sering merancang program pemasaran khusus untuk melayani mereka.[23]
  • Status Sosial
Hampir seluruh kelompok manusia mengalami stratifikasi sosial, sering kali dalam bentuk kelas sosial. Kelas sosial mempunyai beberapa karakteristik :
a.    Orang – orang yang berada dalam masing – masing kelas cenderung mempunyai kemiripan dalam cara berpakaian, pola bicara, dan preferensi rekreasional dibandingkan orang dari kelas sosial berbeda.[24]
b.    Orang – orang dianggap menduduki posisi lebih rendah atau lebih tinggi menurut kelas sosial.
c.    Adanya kelompok variabel, misalnya pekerjaan, penghasilan, kekayaan, pendidikan, dan orientasi nilai mengindikasikan kelas sosial, alih – alih variabel tunggal.
d.    Kelas sosial seseorang dalam tangga kelas sosial dapat bergerak naik atau turun sepanjang hidup mereka. Seberapa mudah dan seberapa jauh gerakkannya tergantung pada seberapa kaku stratifikasi sosial itu.[25]
  • Referensi Kelompok
Referensi kelompok adalah seorang figur atau satu kelompok orang tertentu dalam masyarakat yang dijadikan acuan atau rujukan oleh seseorang atau lebih anggota masyarakat dalam membentuk pandangan tentang nilai sikap atau sebagai pedoman berprilaku yang memiliki ciri-ciri khusus.[26]
Kelompok referensi mempengaruhi anggota setidaknya dengan tiga cara. Mereka memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang, mereka mempengaruhi sikap dan konsep diri, dan mereka menciptakan tekanan kenyamanan yang dapat mempengaruhi pilihan produk dan merek.[27]
  • Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan anggota keluarga merepresentasikan kelompok referensi utama yang paling berpengaruh. Ada dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Keluarga orientasi (family of orientation) terdiri dari orang tua dan saudara kandung. Keluarga proreaksi (family of procreation) yaitu pasangan dan anak – anak.[28]
Sebuah keluarga lazimnya terdiri dari seorang suami, seorang istri dan satu atau dua orang anak. Dalam keluarga dengan komposisi yang demikian biasanya fungsi seorang suami atau ayah adalah pencari nafkah, sedangkan yang lainnya adalah sebagai anggota keluarga. Dalam keluarga dengan pola yang demikian, maka perilaku anggota keluarga sangat dipengaruhi oleh pimpinan keluarga atau suami atau ayah.Keputusan untuk membeli atau tidak membeli atau keputusan membeli pilihan merek A atau merek B ditentukan oleh persepsi, motivasi, kepala keluarga.[29]
  • Harga Barang
Harga barang mempengaruhi perilaku konsumen. Permintaan yang dilakukan konsumen akan selalu mempertimbangkan harga yang berlaku. Konsumen cenderung mencari barang yang berkualitas tetapi harganya murah. Namun ada pula konsumen yang justru mencari barang yang harganya tinggi. Hal ini karena ia yakin jika harganya tinggi, maka barangnya pasti berkualitas.[30]

2.4  PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN
Periset pemasar telah mengembangkan “model tingkat” proses keputusan pembelian konsumen melalui lima tahap : Pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, perilaku pasca pembelian.
      1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Dengan rangsangan internal, salah satu dari kebutuhan normal seseorang naik ke tingkat maksimum dan menjadi dorongan.[31] Pengenalan kebutuhan merupakan awal dari adanya permasalahan yang dihadapi konsumen yang perlu segera diselesaikan.[32]
2.   Pencarian Informasi
Sumber informasi utama dimana konsumen dibagi menjadi empat kelompok :
a.      Pribadi. (Keluarga, teman, tetangga, rekan).
b.      Komersial. (Iklan, situs web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan).
c.      Publik. (Media massa, organisasi pemeringkat konsumen).
d.      Eksperimental. (Penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk).
Jumlah dan pengaruh relatif dari sumber - sumber ini bervariasi dengan kategori produk dan karakteristik pembeli. Setiap sumber informasi melaksanakan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Sumber komersial biasanya melaksanakan fungsi informasi, sementara sumber pribadi melaksanakan fungsi legitimasi atau evaluasi.[33]
  1. Evaluasi Alternatif
Beberapa konsep dasar yang akan membantu kita memahami proses evaluasi : Pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat masing – masing produk sebagai sekelompok atribut dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan ini.[34]
Konsumen sampai pada sikap terhadap berbagai merek melalui atribut. Ia menggambarkan sejumlah keyakinan tentang dimana masing – masing merek berdiri atas setiap atribut. Model ekspektansi nilai (expectancy value model) pembentukan sikap menduga bahwa konsumen mengevaluasi produk dan jasa dengan menggabungkan keyakinan merek mereka berdasarkan arti pentingnya.[35]
  1. Keputusan Pembelian
Keputusan konsumen bisa berupa kemungkinan, yakni membeli, menunda membeli, atau tidak membeli. Untuk menunda membeli secara langsung dapat dikategorikan sebagai tidak atau belum membeli. Menunda membeli mungkin disebabkan oleh beberapa pertimbangan, antara lain belum merasa yakin terhadap barang yang akan dibeli atau faktor lainnya.[36]
Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko anggapan. Konsumen dapat menilai banyak jenis risiko dalam membeli dan mengkonsumsi sebuah produk :
a.     Risiko fungsional. (produk tidak bekerja sesuai harapan).
b.     Risiko fisik. (produk mengancam kesejahteraan atau kesehatan fisik pengguna atau orang lain).
c.      Risiko keuangan. (produk tidak layak untuk harga yang dibayarkan).
d.     Risiko sosial. (produk menimbulkan rasa malu dari orang lain).
e.     Risiko psikologis. (produk mempengaruhi kesehatan jiwa pengguna).
f.       Risiko waktu. (kegagalan produk menghasilkan biaya peluang untuk menemukan produk memuaskan lainnya).[37]
  1. Perilaku pasca pembelian
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami konflik dikarenakan melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar hal – hal menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran seharusnya memasok keyakinan dan evaluasi yang memperkuat pilihan konsumen dan membantunya merasa nyaman tentang merek tersebut.
Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja anggapan produk. Jika kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen kecewa. Jika memenuhi harapan, konsumen puas. Jika melebihi harapan, konsumen sangat puas. Perasaan ini menetukan apakah pelanggan membeli produk kembali dan membicarakan hal – hal menyenangkan atau tidak menyenangkan tentang produk itu kepada orang lain.
Di pihak lain, konsumen yang kecewa mungkin mengabaikan atau mengembalikan produk. Mereka mungkin mencari informasi yang memastikan nilai produk yang tinggi. Mereka mungkin mengajukan tuntutan umum dengan melayangkan keluhan kepada perusahaan, menggunakan pengacara, atau melayangkan keluhan ke kelompok lain (seperti badan bisnis, swasta, atau pemerintah). Tindakan pribadi mencakup keputusan untuk berhenti membeli produk (opsi keluar) atau memperingkatkan teman (opsi suara).[38]


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan ke inginan mereka.
Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang berasal dari diri konsumen disebut faktor internal. Faktor yang berasal dari luar diri konsumen disebut faktor eksternal. Faktor Internal terdiri dari :
  • Usia dan Tahap siklus Hidup
  • Pekerjaan dan Keadaan Ekonomi
  • Kepribadian dan Konsep diri
  • Gaya Hidup dan Nilai
  • Faktor Psikologis
Dan faktor eksternal terdiri dari :
  • Budaya
  • Status Sosial
  • Referensi Kelompok
  • Keluraga
  • Harga barang
Periset pemasar telah mengembangkan “model tingkat” proses keputusan pembelian konsumen melalui lima tahap : Pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, dan perilaku pasca pembelian.

3.2 SIMPUL PEMBAHASAN
            Dari pembahasan diatas, kita perlu mempelajari perilaku konsumen agar mampu mengelompokkan konsumen berdasarkan usia, gaya hidup, pekerjaan, dan berdasarkan variabel lainnya. Dan berguna untuk menyusun strategi pemasaran sehingga lebih fokus dan tepat sasaran. Sehingga dapat merebut hati konsumen dan menghasilkan laba bagi perusahaan.

3.3 KATA PENUTUP
            Demikian yang dapat penulis sampaikan, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki untuk memaparkan pokok bahasan dalam makalah ini. Terima kasih pada semua pihak yang telah membantu. Penulis berharap para pembaca dapat mendapat manfaat dari makalah ini. Kritik dan saran yang membangun kepada penulis sangat diharapkan agar pada kesempatan berikutnya penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Sumarli, Agus dan Sarilan M. Ali. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Modul 1. Bogor: Yudistira.
Nitisusastro, Dr. H. Mulyadi. 2013. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Kewirahausahaan. Bandung: Alfabeta.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.




[1] Mulyadi Nitisusastro. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Kewirausahaan (Bandung: Alfabeta,2013), hal. 24
[2] ibid., hal. 26-27
[3] ibid., hal. 27
[4] ibid., hal. 31
[5] Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2009), hal. 166
[6] Mulyadi Nitisusastro. op.cit., hal. 31-32
[7] ibid., hal. 33
[8] Agus Sumarli dan Sarilan M.Ali. Ilmu Pengetahuan Sosial Modul 1 (Bogor: Yudistira, 2007), hal. 121
[9] Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 172
[10] ibid., hal. 173
[11] Agus Sumarli dan Sarilan M. Ali. op.cit., hal. 122
[12] ibid., hal. 174
[13] ibid., hal. 175
[14] ibid., hal. 176
[15] Agus Sumarli dan Sarilan M. Ali. op.cit., hal. 122
[16] Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 177
[17] ibid., hal. 178
[18] ibid., hal. 179-180
[19] ibid., hal. 181
[20] ibid., hal. 181
[21] ibid., hal. 182
[22] Agus Sumarli dan Sarilan M. Ali. op.cit., hal. 122
[23] Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 166
[24] ibid., hal. 168
[25] ibid., hal. 170
[26] Mulyadi Nitisusastro. op.cit., hal. 104
[27] Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 170
[28] ibid., hal. 171
[29] Mulyadi Nitisusastro. op.cit., hal. 106
[30] Agus Sumarli dan Sarilan M. Ali. op.cit., hal. 122
[31] Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 184
[32] Mulyadi Nitisusastro. op.cit., hal. 212
[33] Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 185
[34] Ibid., hal. 186
[35]ibid., hal. 187
[36] Mulyadi Nitisusastro. op.cit., hal. 215
[37] Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 189
[38] Ibid., hal. 190