Blog ini ditulis oleh seorang yang menjadi mahasiswi abadi di universitas kehidupan.
Senin, 30 Juni 2014
Minggu, 22 Juni 2014
Makalah Perilaku Konsumen
MAKALAH
PERILAKU KONSUMEN
Oleh
Nama : Dini Damayanti
NIM : 121122042
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi
UNIVERSITAS
PRAMITA INDONESIA
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan
kepada Allah SWT, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah Perilaku Konsumen sebagai tugas Manajemen Pemasaran.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai perilaku konsumen, khususnya
membahas pengertian dan faktor – faktor yang mempenaruhinya.
Penulis juga berterima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan bimbingan dalam pembuatan
makalah ini, baik berupa kata – kata penyemangat, pemberian informasi, dan doa.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, karena
Penulis masih dalam proses pembelajaran. Untuk itu, Penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan tugas selanjutnya. Semoga penyajian makalah
perilaku konsumen ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Juni 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saat ini, konsumen
begitu dimanjakan dengan berbagai produk yang dapat dipilih untuk memenuhi
kebutuhan. Bahkan bisa memenuhi
keinginan pelanggan, berkat persaingan antar produsen. Hal ini membuat era
produsen mengendalikan konsumen telah berlalu dan telah digantikan dengan era
dimana konsumen memegang kendali. Konsumen yang mendikte produk apa yang
seharusnya diproduksi oleh perusahaan. Sehingga perusahaan harus kreatif dan
inovatif. Perusahaan harus berfokus pada
konsumen. Konsumen merupakan target terpenting dari perusahaan. Karena jika
perusahaan mampu menjual atau memberikan jasa yang banyak kepada konsumen, maka
laba yang didapat akan besar. Oleh karena itu perusahaan perlu mengerti
bagaimana konsumennya berperilaku.
Kebanyakan
remaja saat ini lebih menyukai fast food sementara orang tuanya lebih menyukai
makanan tradisional. Lalu ketika kaum remaja ingin berbelanja, mereka pergi
mall sementara ibu-ibu lebih senang belanja di pasar tradisional. Saat di toko
buku, anak-anak biasanya meminta dibelikan komik, sementara orang tuanya lebih
memilih membeli buku tentang pengetahuan. Apa yang melatarbelakangi keadaan itu?. Penjelasan
terhadap pernyataan-pernyataan itu membutuhkan analisis tentang perilaku
konsumen.
1.2
POKOK MASALAH
- Siapa
yang dimaksud dengan konsumen ?
- Apa
yang dimaksud dengan perilaku konsumen ?
- Apa
yang mempengaruhi perilaku konsumen ?
- Bagaimana
konsumen mengambil keputusan pembelian ?
1.3
TUJUAN DAN MANFAAT
Setelah membaca makalah ini, pembaca di harapkan mampu
memahami tentang :
ü Pengertian
konsumen
ü Pengertian
perilaku konsumen
ü Faktor
– faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
ü Mengetahui
faktor – faktor psikologis yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian
ü Mengetahui
cara – cara konsumen mengambil keputusan dalam pembelian
ü Pentingnya
mempelajari perilaku kosumen
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
KONSUMEN
Konsumen berasal dari
bahasa asing (Belanda/Inggris), consumen dan
consumer yang arti harafiahnya adalah
pembeli. Pengertian lain dari konsumen sangat luas, beragam dan sangat terkait
erat dengan tujuan seseorang membeli suatu produk misalnya sebagai pengguna,
yang diterjemahkan dari kata users
dari kata Bahasa Inggris. Pengertian lain dari konsumen adalah pemakai,
penikmat, pemanfaat, pemakan, peminum, penerima, pendengar, pemirsa, dan masih
banyak lagi.[1]
Konsumen pada dasarnya dikelompokkan ke dalam dua kategori,
yakni kategori pertama adalah konsumen individu, atau konsumen perseorangan,
atau konsumen perorangan. Kategori konsumen yang kedua adalah konsumen
instisusi, atau konsumen organisasi, atau konsumen kelompok. Konsumen individu
dan konsumen institusi memiliki kesamaan, yakni sebagai pembeli, pemakai,
pengguna, penggemar, pengagum, penikmat dan menghabiskan dan atau memanfaatkan
apa yang telah dibeli.[2]
Dengan demikian maka perbedaannya adalah dalam hal
berlangsungnya proses keputusan membeli. Mengingat pembeli institusi biasanya
terdiri lebih dari satu orang, maka dalam pertimbangannya untuk membeli dan
atau tidak membeli memerlukan waktu dan proses yang lebih panjang. Proses yang
panjang tersebut diakibatkan oleh adanya waktu yang dibutuhkan untuk menyamakan
persepsi, pengalaman, kepribadian, dan sebagainya.[3]
2.2 PENGERTIAN
PERILAKU KONSUMEN
Beberapa pakar di
bidang manajemen memberikan batasan yang sangat lengkap tentang perilaku
konsumen. Meskipun batasan – batasan tersebut sedikit banyak berbeda satu sama
lain namun pada dasarnya substansinya sama.[4]
Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana
individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana
barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan ke inginan
mereka.[5]
Schiffman dan
Kanuk (1994), dalam bukunya yang berjudul Consumer
Behavior, menyatakan batasan perilaku konsumen adalah “The term consumer behavior refers to the behavior that consumer display
in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products and
services that they expect will satisfy their needs”.
Artinya : “Istilah perilaku konsumen
merujuk kepada perilaku yang diperlihatkan oleh konsumen dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk barang dan produk
jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.[6]
Perilaku konsumen sebenarnya merupakan tahapan – tahapan
langkah yang ditempuh dan dilakukan oleh seseorang/individual atau kelompok
orang dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya.[7]
2.3 FAKTOR
– FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN
Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang berasal dari diri konsumen
disebut faktor internal. Faktor yang berasal dari luar diri konsumen disebut
faktor eksternal.[8]
- Faktor Internal
- Usia dan Tahap siklus
Hidup
Selera kita dalam makanan, pakaian,
perabot, dan rekreasi sering berhubungan dengan usia kita. Konsumsi juga
dibentuk oleh siklus hidup keluarga dan
jumlah, usia, serta jenis kelamin orang dalam rumah tangga pada satu waktu
tertentu.[9]
Orang dewasa mengalami “perjalanan” atau
“transformasi” tertentu dalam hidupnya. Tetapi perilaku yang diperlihatkan
seseorang ketika melalui perjalanan ini, misalnya menjadi orang tua, tidak
selalu tetap dan berubah sepanjang waktu.
- Pekerjaan dan Keadaan
Ekonomi
Pekerjaan juga mempengaruhi pola
konsumsi. Pekerja kerah biru akan membeli baju kerja, sepatu kerja, dan kotak
makan. Presiden perusahaan akan membeli jas, perjalanan udara, dan keanggotaan country club.
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh
keadaan ekonomi: penghasilan yang dapat dibelanjakan (tingkat, stabilitas, dan
pola waktu), tabungan dan aset (termasuk persentase aset likuid), utang,
kekuatan pinjaman, dan sikap terhadap pengeluaran dan tabungan.[10]
Jika konsumen memiliki pendapatan
tinggi, maka ia memiliki tingkat konsumsi tinggi sebab mereka mempunyai daya
beli yang kuat. Pendapatan dapat digunakan untuk mencukupi sebagian besar dari
kebutuhan hidupnya. Sebaliknya jika konsumen pendapatannya rendah, maka tingkat
konsumsinya cenderung rendah.[11]
- Kepribadian dan Konsep
diri
Setiap orang mempunyai karakteristik
pribadi yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Yang dimaksud dengan kepribadian
(personality) adalah sekumpulan sifat
psikologis manusia yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan tahan
lama terhadap rangsangan lingkungan (termasuk perilaku pembelian).
Konsumen sering memilih dan menggunakan
merek yang mempunyai kepribadian merek yang konsisten dengan konsep diri mereka sendiri (cara kita
memandang diri sendiri), meskipun penyesuaian itu mungkin bedasarkan konsep diri ideal konsumen atau bahkan
berdasarkan konsep diri orang lain.[12]
- Gaya Hidup dan Nilai
Gaya hidup (lifestyle) adalah pola hidup seseorang di dunia yang tercemin dalam
kegiatan, minat, dan pendapat. Gaya hidup memotret interaksi “seseorang secara
utuh” dengan lingkungannya.[13]
Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh
nilai inti (core values), sitem
kepercayaan yang mendasari sikap dan perilaku. Nilai inti lebih dalam daripada
perilaku atau sikap dan menetukan pilihan dan keinginan seseorang pada tingkat
dasar dalam jangka panjang.[14]
- Faktor Psikologis
Ketika konsumen melakukan melakukan keputusan untuk membeli, berarti ia
memiliki motivasi tersendiri. Masing - masing konsumen memiliki motivasi yang
berbeda dalam melakukan pembelian.[15]
Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara
kedatangan rangsangan dari pemasar dari luar dan keputusan pembelian akhir.
Empat proses psikologis kunci yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, dan
memori mempengaruhi respons konsumen secara fundamental.[16]
1. Motivasi
Kita semua mempunyai banyak kebutuhan pada waktu
tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik;
kebutuhan itu timbul dari keadaan tekanan psikologis seperti rasa lapar, rasa
haus, atau rasa tidak nyaman. Kebutuhan lain bersifat psikogenik; kebutuhan
yang timbul dari keadaan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan,
penghargaan atau rasa memiliki.
Kebutuhan menjadi motif (motive) ketika kebutuhan itu meningkat sampai tingkat intensitas
yang cukup sehingga mendorong kita bertindak. Tiga teori terkenal tentang
motivasi manusia : teori Sigmurd Freud, Abraham Maslow, dan Frederick Herzberg
membawa implikasi yang cukup berbeda bagi analisis konsumen dan strategi
pemasaran.[17]
2. Persepsi
Persepsi (perception)
adalah proses di mana kita memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan
informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti. Poin utamanya adalah
bahwa persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada
hubungan rangsangan terhadap bidang yang mengelilinginya dan kondisi dalam
setiap diri kita.
Dalam pemasaran, persepsi lebih penting daripada
realitas, karena persepsi yang mempengaruhi perilaku aktual konsumen. Orang
bisa mempunyai persepsi berbeda tentang obyek yang sama karena tiga proses
pemahaman: atensi selektif, distorsi selektif, dan rentensi selektif.[18]
3. Pembelajaran
Ketika kita bertindak, kita belajar. Pembelajaran (learning) mendorong perubahan dalam
perilaku kita yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia
dipelajari, meskipun sebagian besar pembelajaran itu tidak disengaja.
Ahli teori
pembelajaran percaya bahwa pembelajaran dihasilkan melalui interaksi dorongan,
rangsangan, pertanda, respons, dan penguatan. Dua pendekatan populer terhadap
pembelajaran adalah pengkondisian klasik dan pengkondisian operant (instrumental).[19]
4. Memori
Semua informasi dan pengalaman yang kita hadapi ketika
kita menjalani hidup dapat berakhir di memori jangka panjang kita. Ahli
psikologi kognitif membedakan antara memori jangka pendek (short term momory-STM) penyimpanan informasi temporer dan terbatas,
dan memori jangka panjang (long term
memory-LTM) penyimpanan yang lebih permanen dan pada dasarnya tak terbatas.[20]
Memori adalah proses yang sangat konstruktif, karena kita
tidak dapat mengingat informasi dan kejadian secara lengkap dan akurat. Sering
kita mengingat beberapa keping dan potongan dan mengisi sisanya berdasarkan hal
lain yang kita ketahui.
Pemograman memori menggambarkan bagaimana dan dimana
informasi masuk ke dalam memori. Secara umum, semakin banyak perhatian kita
berikan pada arti informasi sepanjang pemograman, semakin kuat asosiasi dalam
memori yang dihasilkan.[21]
- Faktor Eksternal
- Budaya
Pola konsumsi yang dilakukan masyarakat
juga dipengaruhi oleh budaya di lingkungannya.[22]
Budaya (culture) adalah determinan
dasar keinginan dan perilaku seseorang. Setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya
(subculture) yang lebih kecil yang
memberikan identefikasi dan sosialiasi yang lebih spesifik untuk anggota
mereka. Subbudaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah
geografis. Ketika subbudaya tumbuh besar dan cukup kaya, perusahaan sering
merancang program pemasaran khusus untuk melayani mereka.[23]
- Status Sosial
Hampir seluruh kelompok manusia
mengalami stratifikasi sosial, sering
kali dalam bentuk kelas sosial. Kelas sosial mempunyai beberapa karakteristik :
a. Orang
– orang yang berada dalam masing – masing kelas cenderung mempunyai kemiripan
dalam cara berpakaian, pola bicara, dan preferensi rekreasional dibandingkan
orang dari kelas sosial berbeda.[24]
b. Orang
– orang dianggap menduduki posisi lebih rendah atau lebih tinggi menurut kelas
sosial.
c. Adanya
kelompok variabel, misalnya pekerjaan, penghasilan, kekayaan, pendidikan, dan
orientasi nilai mengindikasikan kelas sosial, alih – alih variabel tunggal.
d. Kelas
sosial seseorang dalam tangga kelas sosial dapat bergerak naik atau turun
sepanjang hidup mereka. Seberapa mudah dan seberapa jauh gerakkannya tergantung
pada seberapa kaku stratifikasi sosial itu.[25]
- Referensi Kelompok
Referensi kelompok adalah seorang figur
atau satu kelompok orang tertentu dalam masyarakat yang dijadikan acuan atau
rujukan oleh seseorang atau lebih anggota masyarakat dalam membentuk pandangan
tentang nilai sikap atau sebagai pedoman berprilaku yang memiliki ciri-ciri
khusus.[26]
Kelompok referensi mempengaruhi anggota
setidaknya dengan tiga cara. Mereka memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru
kepada seseorang, mereka mempengaruhi sikap dan konsep diri, dan mereka
menciptakan tekanan kenyamanan yang dapat mempengaruhi pilihan produk dan
merek.[27]
- Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian
konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan anggota keluarga
merepresentasikan kelompok referensi utama yang paling berpengaruh. Ada dua
keluarga dalam kehidupan pembeli. Keluarga orientasi (family of orientation) terdiri dari orang tua dan saudara kandung.
Keluarga proreaksi (family of procreation)
yaitu pasangan dan anak – anak.[28]
Sebuah keluarga lazimnya terdiri dari
seorang suami, seorang istri dan satu atau dua orang anak. Dalam keluarga
dengan komposisi yang demikian biasanya fungsi seorang suami atau ayah adalah
pencari nafkah, sedangkan yang lainnya adalah sebagai anggota keluarga. Dalam
keluarga dengan pola yang demikian, maka perilaku anggota keluarga sangat
dipengaruhi oleh pimpinan keluarga atau suami atau ayah.Keputusan untuk membeli
atau tidak membeli atau keputusan membeli pilihan merek A atau merek B
ditentukan oleh persepsi, motivasi, kepala keluarga.[29]
- Harga Barang
Harga barang mempengaruhi perilaku
konsumen. Permintaan yang dilakukan konsumen akan selalu mempertimbangkan harga
yang berlaku. Konsumen cenderung mencari barang yang berkualitas tetapi
harganya murah. Namun ada pula konsumen yang justru mencari barang yang
harganya tinggi. Hal ini karena ia yakin jika harganya tinggi, maka barangnya
pasti berkualitas.[30]
2.4 PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN
Periset pemasar telah mengembangkan “model
tingkat” proses keputusan pembelian konsumen melalui lima tahap : Pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, perilaku pasca pembelian.
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli
menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau
eksternal. Dengan rangsangan internal, salah satu dari kebutuhan normal
seseorang naik ke tingkat maksimum dan menjadi dorongan.[31]
Pengenalan kebutuhan merupakan awal dari adanya permasalahan yang dihadapi
konsumen yang perlu segera diselesaikan.[32]
2.
Pencarian
Informasi
Sumber informasi utama dimana konsumen
dibagi menjadi empat kelompok :
a. Pribadi.
(Keluarga, teman, tetangga, rekan).
b. Komersial.
(Iklan, situs web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan).
c. Publik.
(Media massa, organisasi pemeringkat konsumen).
d. Eksperimental.
(Penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk).
Jumlah dan pengaruh relatif dari sumber
- sumber ini bervariasi dengan kategori produk dan karakteristik pembeli.
Setiap sumber informasi melaksanakan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi
keputusan pembelian. Sumber komersial biasanya melaksanakan fungsi informasi, sementara
sumber pribadi melaksanakan fungsi legitimasi atau evaluasi.[33]
- Evaluasi Alternatif
Beberapa konsep dasar yang akan membantu
kita memahami proses evaluasi : Pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah
kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga,
konsumen melihat masing – masing produk sebagai sekelompok atribut dengan
berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan
kebutuhan ini.[34]
Konsumen sampai pada sikap terhadap
berbagai merek melalui atribut. Ia menggambarkan sejumlah keyakinan tentang
dimana masing – masing merek berdiri atas setiap atribut. Model ekspektansi
nilai (expectancy value model)
pembentukan sikap menduga bahwa konsumen mengevaluasi produk dan jasa dengan menggabungkan
keyakinan merek mereka berdasarkan arti pentingnya.[35]
- Keputusan Pembelian
Keputusan konsumen bisa berupa
kemungkinan, yakni membeli, menunda membeli, atau tidak membeli. Untuk menunda
membeli secara langsung dapat dikategorikan sebagai tidak atau belum membeli.
Menunda membeli mungkin disebabkan oleh beberapa pertimbangan, antara lain
belum merasa yakin terhadap barang yang akan dibeli atau faktor lainnya.[36]
Keputusan konsumen untuk memodifikasi,
menunda, atau menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko
anggapan. Konsumen dapat menilai banyak jenis risiko dalam membeli dan
mengkonsumsi sebuah produk :
a. Risiko
fungsional. (produk tidak bekerja sesuai harapan).
b. Risiko
fisik. (produk mengancam kesejahteraan atau kesehatan fisik pengguna atau orang
lain).
c. Risiko
keuangan. (produk tidak layak untuk harga yang dibayarkan).
d. Risiko
sosial. (produk menimbulkan rasa malu dari orang lain).
e. Risiko
psikologis. (produk mempengaruhi kesehatan jiwa pengguna).
f. Risiko
waktu. (kegagalan produk menghasilkan biaya peluang untuk menemukan produk
memuaskan lainnya).[37]
- Perilaku pasca pembelian
Setelah pembelian, konsumen mungkin
mengalami konflik dikarenakan melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau
mendengar hal – hal menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhadap
informasi yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran seharusnya memasok
keyakinan dan evaluasi yang memperkuat pilihan konsumen dan membantunya merasa
nyaman tentang merek tersebut.
Kepuasan merupakan fungsi kedekatan
antara harapan dan kinerja anggapan produk. Jika kinerja tidak memenuhi
harapan, konsumen kecewa. Jika
memenuhi harapan, konsumen puas. Jika
melebihi harapan, konsumen sangat puas.
Perasaan ini menetukan apakah pelanggan membeli produk kembali dan membicarakan
hal – hal menyenangkan atau tidak menyenangkan tentang produk itu kepada orang
lain.
Di pihak lain, konsumen yang kecewa
mungkin mengabaikan atau mengembalikan produk. Mereka mungkin mencari informasi
yang memastikan nilai produk yang tinggi. Mereka mungkin mengajukan tuntutan
umum dengan melayangkan keluhan kepada perusahaan, menggunakan pengacara, atau
melayangkan keluhan ke kelompok lain (seperti badan bisnis, swasta, atau
pemerintah). Tindakan pribadi mencakup keputusan untuk berhenti membeli produk
(opsi keluar) atau memperingkatkan
teman (opsi suara).[38]
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Perilaku
konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi
memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman
untuk memuaskan kebutuhan dan ke inginan mereka.
Ada
dua faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor yang berasal dari diri konsumen disebut faktor
internal. Faktor yang berasal dari luar diri konsumen disebut faktor eksternal.
Faktor Internal terdiri dari :
- Usia
dan Tahap siklus Hidup
- Pekerjaan
dan Keadaan Ekonomi
- Kepribadian
dan Konsep diri
- Gaya
Hidup dan Nilai
- Faktor
Psikologis
Dan faktor eksternal terdiri dari :
- Budaya
- Status
Sosial
- Referensi
Kelompok
- Keluraga
- Harga
barang
Periset
pemasar telah mengembangkan “model tingkat”
proses keputusan pembelian
konsumen melalui lima tahap : Pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, dan perilaku pasca pembelian.
3.2
SIMPUL PEMBAHASAN
Dari pembahasan
diatas, kita perlu mempelajari perilaku konsumen agar mampu mengelompokkan
konsumen berdasarkan usia, gaya hidup, pekerjaan, dan berdasarkan variabel
lainnya. Dan berguna untuk menyusun strategi pemasaran sehingga lebih fokus dan
tepat sasaran. Sehingga dapat merebut hati konsumen dan menghasilkan laba bagi
perusahaan.
3.3
KATA PENUTUP
Demikian yang dapat
penulis sampaikan, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Karena
keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki untuk memaparkan pokok bahasan
dalam makalah ini. Terima kasih pada semua pihak yang telah membantu. Penulis
berharap para pembaca dapat mendapat manfaat dari makalah ini. Kritik dan saran
yang membangun kepada penulis sangat diharapkan agar pada kesempatan berikutnya
penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarli,
Agus dan Sarilan M. Ali. 2007. Ilmu
Pengetahuan Sosial Modul 1. Bogor: Yudistira.
Nitisusastro,
Dr. H. Mulyadi. 2013. Perilaku Konsumen
Dalam Perspektif Kewirahausahaan. Bandung: Alfabeta.
Kotler,
Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen
Pemasaran Edisi Ketiga Belas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
[1] Mulyadi Nitisusastro.
Perilaku Konsumen Dalam Perspektif
Kewirausahaan (Bandung: Alfabeta,2013), hal. 24
[2] ibid., hal. 26-27
[3] ibid., hal. 27
[4] ibid., hal. 31
[5] Philip Kotler dan
Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran Edisi
Ketiga Belas Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2009), hal. 166
[6] Mulyadi Nitisusastro.
op.cit., hal. 31-32
[7] ibid., hal. 33
[8] Agus Sumarli dan
Sarilan M.Ali. Ilmu Pengetahuan Sosial
Modul 1 (Bogor: Yudistira, 2007), hal. 121
[9] Philip Kotler dan
Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 172
[10] ibid., hal. 173
[12]
ibid., hal. 174
[13]
ibid., hal. 175
[14]
ibid., hal. 176
[15]
Agus Sumarli dan
Sarilan M. Ali. op.cit., hal. 122
[16]
Philip Kotler
dan Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 177
[17]
ibid., hal. 178
[18] ibid., hal. 179-180
[19] ibid., hal. 181
[20] ibid., hal. 181
[21]
ibid., hal. 182
[22] Agus Sumarli dan Sarilan
M. Ali. op.cit., hal. 122
[23] Philip Kotler dan
Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 166
[24]
ibid., hal. 168
[25] ibid., hal. 170
[26] Mulyadi Nitisusastro.
op.cit., hal. 104
[27] Philip Kotler dan
Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 170
[28] ibid., hal. 171
[29] Mulyadi Nitisusastro.
op.cit., hal. 106
[30] Agus Sumarli dan
Sarilan M. Ali. op.cit., hal. 122
[31]
Philip Kotler
dan Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 184
[32]
Mulyadi
Nitisusastro. op.cit., hal. 212
[33]
Philip Kotler
dan Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 185
[34]
Ibid., hal. 186
[35]ibid., hal. 187
[36] Mulyadi Nitisusastro.
op.cit., hal. 215
[37]
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. op.cit., hal. 189
[38]
Ibid., hal. 190
Langganan:
Postingan (Atom)